Senin, 31 Maret 2008

Suara Sahabati ” youre self ” SOSOK WANITA


 
Wanita identik dengan keperfecan dirinya. Hanya untuk menjaga imagenya agar tetap di nilai baik oleh orang lain, khususnya kaum pria. Tidak jarang dari wanita mempertahankan harga dirinya agar tetap terlihat lebih sempurna oleh semua orang. Untuk melakukan hal semacam itu meka wanita cendrung bersikap manahan keinginannya, untuk melawan perasaan dari berbagai keinginan yang mucul dan terkadang mereka harus berpikir 1000 kali untuk melakukan satu hal yang sebenarnya hal tersebut tidak perlu unutk dipikirkan. Salah satu contoh yaitu dalam memilih pakain yang digunakan, kadang-kadang mereka harus bolak balik memasang buju karena dianggap tidak cocok, hal semacam ini sering terjadi disebabkan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang mungkin kita anggap tidak penting, tapi bagi wanita hal sekecil apapun harus diperhatikan demi menjaga yang namanya image. Pada hal kecantikan tidak diukur dari luarnya saja tetapi dari segala segi luar dan dalam, yaitu kecerdasan, ketulusan hati, serta memiliki inerbeauty yang wah....!! adalaha merupakn ukuran dari kesempurnaan wanita.
Jika seseorang memiliki inerbeauty maka kesan dan nilai pada diri wanita secara otomatis berbedas. Bukan berarti seorang wanita tidak bisa tampil gaul dan sebagainya. akan tetapi sebaiknya jangan hanya mempercantik luarnya saja tetapi hal-hal yang lain yang tidak terlihat juga harus diperbaiki agar dapat terlihat sebagai wanita sempurna.
Pesan dari saya. Wanita yang baik dan sempurna adalah wanita yang dapat melestarikan kebudayaan bangsa dan menigkatkan kualitas diri dalam bidang ilmu pengetahuan dan memperbaiki pergaulan kearah yang benar.

PUISI ( sahabati ” AYNI ” )


TANPAMU

Kilat berlilit menyambar...
Disaat pena mulai mengalirkan darahnya diatas
Padang pasir tak ternoda....

Hati bisu mulai berkata...
Mata cerah mulai redup....
Padam... karena titian
Embun pagi....

Dendangan lagu tampa syair ...
Tak bernada...
Mengalun jalas dalam tulisan
Pikiran dengan satu mata memandangmu

Hanya kamu ....
Hanya kamu yang terlihat
dalam mata batin ....
pikiran ini....

wahai.... kekasih
separuh nyawaku...
tak tahukah engkau?

Tak tahukah engkau
Akan hati...
Mata...
Dan pikiranku....

Perih.... sakit,
Hai cinta ...!!
Jangan biarkan aku seperti ini,
Tolong akau wahai....
Separuh nyawaku....
Lelah aku lemah,...

Aku lelah .....
aku lemah .....
aku buta ....
aku bisu....
aku tuli ....
tanpamu ....

wahai senyawaku...



GENERASI MUDA SAAT INI

oleh sahabat imam
Permasalahan generasi muda saat ini yaitu kurangnya minat untuk melesatarikan kebudayaan bangsa. Kebanyakan dari pemuda saat ini telah dipengaruhi oleh kebudayaan asing. Sikap dari generasi muda yang telah menjadi budaya yaitu copy paste ( meniru secara keseluruhan ). Hal ini juga dilakukan dalam meniru kebudayaan asing. Kebanyakan dari generasi muda kita langsung meniru secara keseluruhan tanpa memilah terlebih dahulu yang baik dan yang buruk. Ironisnya kebudayaan asing yang dituru kebanyakan yang negatif dari pada yang positif. Pakain yang buka-bukaan adalah salah satu contoh kebudayaan asing yang negatif yang dicopi paste oleh mereka. Dan saat ini telah banyak dari generasi muda kita memakai pakaian model buka-bukaan. Hal-hal semacam ini sering kita jumpai di mall-mall, bis kota, super markt dan tempat umum lainnya.
Tradisi semacam ini tidak boleh dikembangkan di negara kita. Sebab apabila taradisi ini terus berkembang itu akan membawa dampak buruk bagi kelestarian budaya bangsa. Bisa kita bayangkan kalau hal-hal semacam itu terus dilestarikan maka lama kelamaan kebudasyaan asli indonesia tidak akan kita jumpai lagi. Pemuda kita saat ini lebih senang mamakai pakaian dari luar negri dari pada mamakai batik yang taleh menjadi ciri kebudayaan indonesia, dan lebih senang dugem kediscotik dari pada melestarikan reok atau jenis lainnya yang menjadi khas kebudayaan sendiri. Jangan salahkan siapapun jika suatu saat kebudayaan asli Indonesia di akui sebagai kebudayaan bangsa lain. Tapi salahkan lah diri kita sendiri yang terlalu banyak mengikuti kebudayaan asing dan melupakan kebudayaan sendiri yang menjadi warisan dari nenek moyang kita.

Sesungguhnya generasi muda kita telah salah tanggap. Mereka mengira kalau kebudayaan asing itu lebih baik dari kebudayaan sendiri. Satu contoh pakaian buka-bukaan yang menjadi trand saat ini, banyak tanggapan kalau tidak memakai pakaian yang buka-bukaan tidak dianggap gaul dan dianggap ketinggalan jaman. Padahal merekalah yang ketinggalan jaman, jika pakaian buka-bukaan dijadiakan tolak ukur untuk menjadi gaul maka mereka kurang gaul dari orang-orang Irian jaya dan papua yang hanya mengenakan daunan dan koteka saja.

Sabtu, 01 Maret 2008

LITERATUR BUSUNG LAPAR

Penyakit Busung Lapar Akibat Posyandu Kurang Maksimal


Selasa, 7 Juni, 2005 oleh: Siswono
Penyakit Busung Lapar Akibat Posyandu Kurang Maksimal
Gizi.net - Kurang maksimalnya peran posyandu akibat penerapan otonomi daerah menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah balita mengalami busung lapar atau gizi buruk di Indonesia.

"Sejak lima tahun terakhir ketika desentralisasi diterapkan, pos yang paling banyak dipotong adalah posyandu dan penanganan kesehatan secara sistemik di Indonesia," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kepada wartawan di Surabaya, Jumat (3/6).

Menkes mengaku tidak heran ketika muncul kasus busung lapar atau gizi buruk, karena memang pemerintah pusat sama sekali tidak mendapat laporan dari daerah, sehingga penanganan tidak bisa dilakukan secara cepat.

Dengan perubahan undang-undang otonomi daerah, kata Menkes, pemerintah pusat bisa bernafas lega, karena dimungkinkan bisa menangani soal-soal kesehatan sampai ke daerah terpencil.

"Kalau sistemnya seperti dulu, terpotong-potong maka sulit bagi pemerintah pusat memantau setiap perkembangan penyakit di daerah, setelah parah baru kita tahu. Ini persoalan pelik yang kita hadapi," ujarnya.

Meski Depkes memiliki peranan sampai ke daerah terpencil, bukan berarti mengambil peranan dinas kesehatan setempat. Hanya saja, koordinasi bisa semakin diitensifkan, penanganan bisa terkoordinasi secara sistematik.

Dalam kesempatan itu Menkes juga menjelaskan, jumlah balita yang mengalami gizi buruk di seluruh Indonesia mencapai 8 persen dari total jumlah balita di Indonesia.

"Sejak dulu memang sudah ada gizi buruk hanya saja di Nusa Tenggara Barat memang agak tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Untungnya bisa diketahui secara cepat sehingga bisa ditangani," ujarnya.

Khusus kasus NTB, setelah dilakukan penelitian teryata banyak ibu-ibu yang tidak mengerti memberikan makanan yang baik terhadap balita.

Karena itu, lanjut Menkes, pemerintah semakin mengintensifkan peran posyandu di provinsi tersebut agar penerangan tentang memberikan makan yang baik untuk balita diketahui ibu-ibu.

Ia menambahkan, pemerintah telah menyusun program jangka pendek, menengah dan panjang untuk mengatasi gizi buruk yang ada di Indonesia.

"Dengan langkah tersebut diharapkan masalah gizi buruk tidak terjadi lagi di Indonesia. Peran serta masyarakat sangat membantu dalam menangani kasus tersebut," tambahnya. (FL/Ol-1)

KOMPONEN TUBUH DAN KEBUTUHAN OLAHRAGA

Kandungan air dalam tubuh bervariasi antara 45 % - 70 % dari bobot tubuh. Di dalam air terkandung elektrolit dan zat terlarut. Elektrolit merupakan komponen yang terdisosiasi menjadi ion dalam larutan. Sodium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasellular, sedangkan potassium merupakan kation utama dalam cairan intrasellular (Maughan dan Murray, 2001). Konsentrasi elektrolit tubuh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsentrasi elektrolit dalam tubuh

Komponen

Keringat

(mmol/l)

Plasma

(mmol/l)

Intrasellular

(mmol/l)

Sumber : Maughan (2001).

Kebutuhan Tubuh Saat Olahraga

Kelelahan yang terjadi selama olahraga berat disebabkan oleh berkurangnya glikogen otot (Bergstrom et al., 1967), konsentrasi gula darah (Coyle et al., 1986), dan dehidrasi (Sawka dan Pandolf, 1990). Menurut Maughan dan Murray (2001), pasokan energi yang tidak memenuhi kebutuhan atlit pada saat olahraga akan menyebabkan penurunan massa tubuh, kehilangan ja�ringan aktif, kelelahan dan proses pemulihan yang kurang sempurna. Selain itu, atlit yang mengeluarkan banyak keringat akan mengalami dehidrasi. Kebutuhan energi dapat terpenuhi dari oksidasi lemak dan karbohidrat, serta sedikit (5 %) dari pemecahan protein. Semakin tinggi intensitas olahraga akan memerlukan pasokan energi yang semakin tinggi pula, terutama pasokan energi dari karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber utama energi pada saat atlit melakukan olahraga yang membutuhkan 75 % aliran oksigen maksimum (VO2max). Contoh olahraga yang membutuhkan 75 % VO2max adalah lari jarak menengah dan lari marathon. Olahraga tersebut dapat menghabiskan simpanan glikogen pada otot. Pelari jarak menengah membutuhkan 100 g glikogen otot untuk diubah menjadi energi dan asam laktat dalam waktu kurang dari 2 menit, sedangkan pelari marathon membutuhkan 3 - 4 g karbohidrat per menit.

Atlit memerlukan waktu 24 hingga 48 jam untuk memulihkan simpanan glikogen pada otot dan hatinya. Laju pembentukan glikogen kembali setelah olahraga ditentukan oleh jumlah pasokan karbohidrat (Ivy, 1998).

Kehilangan keringat selama olahraga bervariasi antara 0,4 - 2,6 liter per jam tergantung individu dan jenis olahraga (Rehrer dan Burke, 1996). Kehilangan keringat menyebabkan atlit kehilangan mineral-mineral tubuh dan chlorida. Mineral-mineral tersebut adalah sodium (sebagian besar), potassium, magnesium, iron dan zinc. Sodium berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehingga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Potassium berfungsi untuk mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselluler. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot. Kehilangan keringat dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh (Maughan dan Murray, 2001).

Kehilangan keringat juga dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh secara drastis (hyperthermia) sehingga mempengaruhi daya tahan atlit. Penelitian menunjukkan bahwa atlit menghentikan olahraganya pada saat suhu tubuh mencapai 39,7 � 0,15 �C (Nielsen et al., 1993).

Kehilangan keringat dapat menyebabkan kehilangan air dan mineral sehingga tekanan osmotik plasma darah akan naik sedangkan volume cairan tubuh akan turun. Peningkatan tekanan osmotik atau penurunan volume cairan tubuh dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (Ramsay, 1989).

Menurut Leiper (1997), minuman dapat digunakan sebagai pemasok nutrient. Nutrient yang dipasok lewat cairan (minuman) akan lebih mudah diserap dibanding nutrient yang dipasok lewat padatan (makanan).

Konsumsi air putih setelah olahraga menyebabkan penurunan konsentrasi sodium dalam plasma (water intoxication). Penurunan konsentrasi ini dapat mengurangi pelepasan arginin vasopressin (antidiuretic hormone) sehingga dapat mengurangi rasa haus (sekaligus mengurangi jumlah konsumsi air) dan merangsang pengeluaran urin yang berakibat pada tertundanya proses rehidrasi (Maughan dan Murray, 2001).

Formulasi Minuman Olahraga

Menurut Maughan dan Murray (2001), formulasi minuman olahraga yang baik memiliki keunggulan sebagai berikut :

� Mendorong atlit untuk mengonsumsi cairan

� Merangsang penyerapan cairan secara cepat

� Memasok karbohidrat untuk meningkatkan performance atlit

� Menambah respon fisiologis

� Mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat

Aroma dan rasa minuman yang enak dapat mendorong atlit untuk mengkonsumsi cairan. Sifat organoleptik minuman olahraga harus disesuaikan dengan respon sensori dari orang yang sedang melakukan aktifitas fisik (Maughan dan Murray, 2001).

Menurut Maughan dan Murray (2001), laju penyerapan air ke dalam aliran darah dipengaruhi oleh laju pengosongan lambung dan penyerapan air di dalam usus. Konsentrasi karbohidrat di dalam minuman olahraga berpengaruh terhadap laju pengosongan lambung. Minuman olahraga, yang mengandung 6 - 7 % karbohidrat (sukrosa, glukosa dan maltodekstrin), dapat diserap dengan cepat oleh lambung. Selain itu, karbohidrat (sukrosa dan glukosa) dapat mempercepat penyerapan sodium di dalam usus. Penggunaan fruktosa sebagai sumber karbohidrat di dalam minuman olahraga tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan fruktosa dapat meningkatkan resiko gastrointestinal distress (gangguan pencernaan dengan gejala : perut terasa tidak nyaman, kenyang dan kembung bahkan diare) dan terserap secara lambat. Tetapi, penggunaan fruktosa kurang dari setengah jumlah karbohidrat total masih bisa ditolelir. Osmolality minuman berpengaruh terhadap laju pe�nyerapan air di dalam usus. Osmolality minuman olahraga yang dianjurkan adalah kurang dari 400 mosm/l H2O.Minuman yang mengandung lebih dari 1,8 % karbohidrat dapat mengurangi respon dari hormon stress (adrenocorticotropic hormone, cortisol, catecholamines dan glucagons). Selain itu, karbohidrat berperan di dalam fungsi dan produksi neurotransmitter dalam otak. Hal ini akan berpengaruh terhadap psikis dan mental atlit (Burgees et al., 1991).

Rehidrasi tercapai jika kehilangan sodium dan cairan (melalui keringat) telah terganti. Sodium sebanyak 20 - 60 mmol/l (terutama 50 - 60 mmol/l) dan cairan (125 - 150 % dari keringat yang keluar) memberi efek yang menguntungkan dalam proses rehidrasi (Maughan dan Murray, 2001).

Konsentrasi dan jenis asam dapat mempengaruhi laju pengosongan ginjal. Asam dengan bobot molekul rendah dapat lebih menghambat laju pengosongan lambung dibanding asam berbobot molekul tinggi (Hunt dan Knox, 1968).

Menurut Maughan dan Murray (2001), minuman olahraga dengan kandungan gula 6% - 8 % memiliki skor hedonik yang lebih tinggi dibanding minuman olahraga dengan kandungan gula 10 %. Kandungan asam sitrat sebesar 0,2 % - 0,28 % pada minuman olahraga memiliki skor hedonik yang lebih tinggi dibanding kandungan sebesar 0,4 % - 0,5 %. Kandungan sodium sebesar 20 - 40 mmol/l pada minuman olahraga memiliki skor hedonik yang lebih tinggi dibanding kandungan sebesar 60 mmol/l.

Menurut Maughan dan Murray (2001), beberapa minuman olahraga yang beredar disuplementasi dengan bahan tertentu untuk tujuan tertentu. Tetapi, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan tersebut tidak memberi efek yang berarti dalam meningkatkan performance atlit, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Bahan tersebut adalah : fiber, pyruvate/dihydroxyacetone, laktat, protein, branched chain amino acid (BCAA), glycine, glutamine, arginine, keto analogues, creatine, carnitine, glycerol, medium chain triglycerides, vitamin B, vitamin C, vitamin E, chromium, vanadium, oksigen, caffeine, ginseng, ciwujia, ginkgo biloba serta hydroxycitric acid.

Osmolality adalah jumlah partikel dalam larutan (Maughan dan Murray, 2001), sedangkan Dr. Graham Jones dari The Institute of Laboratory Medicine (2000) menjelaskan bahwa osmolality merupakan jumlah total partikel dalam larutan dan setara dengan jumlah molalitas dari semua senyawa terlarut. Dalam sistem biologis, molalitas (mol/kg) dan molaritas (mol/l) adalah setara karena densitas air adalah 1 kg/l, kecuali dalam kondisi khusus. Pete Smith dari The University of Liverpool (1998) mencontohkan bahwa 1 mol NaCl yang dilarutkan dalam 1 liter air, konsentrasinya menjadi 1 mol/l dengan osmolality sebesar 2 osm/l karena NaCl terdisosiasi ke dalam Na+ dan Cl- (2 partikel), sedangkan Na2SO4 yang terdisosiasi ke dalam Na+, Na+ and SO42-akan menghasilkan 3 osm/l.

KOMPONEN TUBUH DAN KEBUTUHAN OLAHRAGA

Kandungan air dalam tubuh bervariasi antara 45 % - 70 % dari bobot tubuh. Di dalam air terkandung elektrolit dan zat terlarut. Elektrolit merupakan komponen yang terdisosiasi menjadi ion dalam larutan. Sodium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasellular, sedangkan potassium merupakan kation utama dalam cairan intrasellular (Maughan dan Murray, 2001). Konsentrasi elektrolit tubuh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsentrasi elektrolit dalam tubuh

Komponen

Keringat

(mmol/l)

Plasma

(mmol/l)

Intrasellular

(mmol/l)

Sumber : Maughan (2001).

Kebutuhan Tubuh Saat Olahraga

Kelelahan yang terjadi selama olahraga berat disebabkan oleh berkurangnya glikogen otot (Bergstrom et al., 1967), konsentrasi gula darah (Coyle et al., 1986), dan dehidrasi (Sawka dan Pandolf, 1990). Menurut Maughan dan Murray (2001), pasokan energi yang tidak memenuhi kebutuhan atlit pada saat olahraga akan menyebabkan penurunan massa tubuh, kehilangan ja�ringan aktif, kelelahan dan proses pemulihan yang kurang sempurna. Selain itu, atlit yang mengeluarkan banyak keringat akan mengalami dehidrasi. Kebutuhan energi dapat terpenuhi dari oksidasi lemak dan karbohidrat, serta sedikit (5 %) dari pemecahan protein. Semakin tinggi intensitas olahraga akan memerlukan pasokan energi yang semakin tinggi pula, terutama pasokan energi dari karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber utama energi pada saat atlit melakukan olahraga yang membutuhkan 75 % aliran oksigen maksimum (VO2max). Contoh olahraga yang membutuhkan 75 % VO2max adalah lari jarak menengah dan lari marathon. Olahraga tersebut dapat menghabiskan simpanan glikogen pada otot. Pelari jarak menengah membutuhkan 100 g glikogen otot untuk diubah menjadi energi dan asam laktat dalam waktu kurang dari 2 menit, sedangkan pelari marathon membutuhkan 3 - 4 g karbohidrat per menit.

Atlit memerlukan waktu 24 hingga 48 jam untuk memulihkan simpanan glikogen pada otot dan hatinya. Laju pembentukan glikogen kembali setelah olahraga ditentukan oleh jumlah pasokan karbohidrat (Ivy, 1998).

Kehilangan keringat selama olahraga bervariasi antara 0,4 - 2,6 liter per jam tergantung individu dan jenis olahraga (Rehrer dan Burke, 1996). Kehilangan keringat menyebabkan atlit kehilangan mineral-mineral tubuh dan chlorida. Mineral-mineral tersebut adalah sodium (sebagian besar), potassium, magnesium, iron dan zinc. Sodium berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehingga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Potassium berfungsi untuk mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselluler. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot. Kehilangan keringat dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh (Maughan dan Murray, 2001).

Kehilangan keringat juga dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh secara drastis (hyperthermia) sehingga mempengaruhi daya tahan atlit. Penelitian menunjukkan bahwa atlit menghentikan olahraganya pada saat suhu tubuh mencapai 39,7 � 0,15 �C (Nielsen et al., 1993).

Kehilangan keringat dapat menyebabkan kehilangan air dan mineral sehingga tekanan osmotik plasma darah akan naik sedangkan volume cairan tubuh akan turun. Peningkatan tekanan osmotik atau penurunan volume cairan tubuh dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (Ramsay, 1989).

Menurut Leiper (1997), minuman dapat digunakan sebagai pemasok nutrient. Nutrient yang dipasok lewat cairan (minuman) akan lebih mudah diserap dibanding nutrient yang dipasok lewat padatan (makanan).

Konsumsi air putih setelah olahraga menyebabkan penurunan konsentrasi sodium dalam plasma (water intoxication). Penurunan konsentrasi ini dapat mengurangi pelepasan arginin vasopressin (antidiuretic hormone) sehingga dapat mengurangi rasa haus (sekaligus mengurangi jumlah konsumsi air) dan merangsang pengeluaran urin yang berakibat pada tertundanya proses rehidrasi (Maughan dan Murray, 2001).

Formulasi Minuman Olahraga

Menurut Maughan dan Murray (2001), formulasi minuman olahraga yang baik memiliki keunggulan sebagai berikut :

� Mendorong atlit untuk mengonsumsi cairan

� Merangsang penyerapan cairan secara cepat

� Memasok karbohidrat untuk meningkatkan performance atlit

� Menambah respon fisiologis

� Mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat

Aroma dan rasa minuman yang enak dapat mendorong atlit untuk mengkonsumsi cairan. Sifat organoleptik minuman olahraga harus disesuaikan dengan respon sensori dari orang yang sedang melakukan aktifitas fisik (Maughan dan Murray, 2001).

Menurut Maughan dan Murray (2001), laju penyerapan air ke dalam aliran darah dipengaruhi oleh laju pengosongan lambung dan penyerapan air di dalam usus. Konsentrasi karbohidrat di dalam minuman olahraga berpengaruh terhadap laju pengosongan lambung. Minuman olahraga, yang mengandung 6 - 7 % karbohidrat (sukrosa, glukosa dan maltodekstrin), dapat diserap dengan cepat oleh lambung. Selain itu, karbohidrat (sukrosa dan glukosa) dapat mempercepat penyerapan sodium di dalam usus. Penggunaan fruktosa sebagai sumber karbohidrat di dalam minuman olahraga tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan fruktosa dapat meningkatkan resiko gastrointestinal distress (gangguan pencernaan dengan gejala : perut terasa tidak nyaman, kenyang dan kembung bahkan diare) dan terserap secara lambat. Tetapi, penggunaan fruktosa kurang dari setengah jumlah karbohidrat total masih bisa ditolelir. Osmolality minuman berpengaruh terhadap laju pe�nyerapan air di dalam usus. Osmolality minuman olahraga yang dianjurkan adalah kurang dari 400 mosm/l H2O.Minuman yang mengandung lebih dari 1,8 % karbohidrat dapat mengurangi respon dari hormon stress (adrenocorticotropic hormone, cortisol, catecholamines dan glucagons). Selain itu, karbohidrat berperan di dalam fungsi dan produksi neurotransmitter dalam otak. Hal ini akan berpengaruh terhadap psikis dan mental atlit (Burgees et al., 1991).

Rehidrasi tercapai jika kehilangan sodium dan cairan (melalui keringat) telah terganti. Sodium sebanyak 20 - 60 mmol/l (terutama 50 - 60 mmol/l) dan cairan (125 - 150 % dari keringat yang keluar) memberi efek yang menguntungkan dalam proses rehidrasi (Maughan dan Murray, 2001).

Konsentrasi dan jenis asam dapat mempengaruhi laju pengosongan ginjal. Asam dengan bobot molekul rendah dapat lebih menghambat laju pengosongan lambung dibanding asam berbobot molekul tinggi (Hunt dan Knox, 1968).

Menurut Maughan dan Murray (2001), minuman olahraga dengan kandungan gula 6% - 8 % memiliki skor hedonik yang lebih tinggi dibanding minuman olahraga dengan kandungan gula 10 %. Kandungan asam sitrat sebesar 0,2 % - 0,28 % pada minuman olahraga memiliki skor hedonik yang lebih tinggi dibanding kandungan sebesar 0,4 % - 0,5 %. Kandungan sodium sebesar 20 - 40 mmol/l pada minuman olahraga memiliki skor hedonik yang lebih tinggi dibanding kandungan sebesar 60 mmol/l.

Menurut Maughan dan Murray (2001), beberapa minuman olahraga yang beredar disuplementasi dengan bahan tertentu untuk tujuan tertentu. Tetapi, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan tersebut tidak memberi efek yang berarti dalam meningkatkan performance atlit, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Bahan tersebut adalah : fiber, pyruvate/dihydroxyacetone, laktat, protein, branched chain amino acid (BCAA), glycine, glutamine, arginine, keto analogues, creatine, carnitine, glycerol, medium chain triglycerides, vitamin B, vitamin C, vitamin E, chromium, vanadium, oksigen, caffeine, ginseng, ciwujia, ginkgo biloba serta hydroxycitric acid.

Osmolality adalah jumlah partikel dalam larutan (Maughan dan Murray, 2001), sedangkan Dr. Graham Jones dari The Institute of Laboratory Medicine (2000) menjelaskan bahwa osmolality merupakan jumlah total partikel dalam larutan dan setara dengan jumlah molalitas dari semua senyawa terlarut. Dalam sistem biologis, molalitas (mol/kg) dan molaritas (mol/l) adalah setara karena densitas air adalah 1 kg/l, kecuali dalam kondisi khusus. Pete Smith dari The University of Liverpool (1998) mencontohkan bahwa 1 mol NaCl yang dilarutkan dalam 1 liter air, konsentrasinya menjadi 1 mol/l dengan osmolality sebesar 2 osm/l karena NaCl terdisosiasi ke dalam Na+ dan Cl- (2 partikel), sedangkan Na2SO4 yang terdisosiasi ke dalam Na+, Na+ and SO42-akan menghasilkan 3 osm/l.