Kamis, 28 Februari 2008

ANALISIS SITUASI GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Abstrak
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualtias, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan gizi dapat merusak bangsa.
Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui kecenderungan masalah gizi dan kesehatan masyarakat serta determinan yang mempengaruhi masalah ini.
Analisis menggunakan data utama dari Susenas 1989 sampai dengan 2003, dan data lainnya yang mempunyai informasi status gizi dan kesehatan masyarakat. Kajian dilakukan juga berdasarkan perbedaan antar kabupaten, antar provinsi, serta perbedaan antara perkotaan dan perdesaan. Cara “Bivariate dan Multivariate” analisis diaplikasikan pada penulisan ini untuk menjelaskan perubahan status gizi dan kesehatan masyarakat serta determinannya untuk dapat memberikan rekomendasi pada kebijakan program perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang.
Hasil kajian ini secara umum menunjukkan bahwa masalah gizi dan kesehatan masyarakat masih cukup dominan. Dari indikator kesehatan, walaupun terjadi peningkatan status kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, dan menurunnya angka kematian bayi dan balita, akan tetapi masih tercatat sekitar 24% kabupaten/kota dengan angka kematian bayi >50 per 1000 lahir hidup. Penyebab kematian memasuki tahun 2000 masih didominasi penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit sirkulasi dan pernafasan. Masih rendahnya status kesehatan ini antara lain disebabkan karena faktor lingkungan atau tercemarnya lingkungan air dan udara. Disamping itu, faktor perilaku juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit kronis, seperti jantung, kanker, dan lain-lain. Tingginya angka kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi pada penduduk. Mulai dari bayi dilahirkan, masalahnya sudah mulai muncul, yaitu dengan banyaknya bayi lahir dengan berat badan rencah (BBLR<2.5 Kg). Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa sampai dengan usia lanjut. Hasil kajian lain yang tidak kalah pentingnya adalah semakin jelasnya fenomena “double burden” yang menimpa penduduk Indonesia terutama di wilayah perkotaan, ditandai dengan semakin meningkatnya masalah gizi lebih, serta meningkatnya proporsi ibu dengan gizi lebih yang mempunyai anak pendek atau kurus. Makalah ini juga mendiskusikan asumsi penurunan masalah gizi sampai dengan 2015 dengan berbagai alternatif intervensi.
Peningkatan SDM ini untuk masa yang akan datang perlu dilakukan dengan memperbaiki atau memperkuat intervensi yang ada menjadi lebih efektif, bermanfaat untuk kelompok sasaran terutama penduduk rawan dan miskin. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan gizi pada penduduk menjadi prioritas, selain meningkatkan pendidikan dan mengurangi kemiskinan, terutama pada kabupaten/kota yang tingkat keparahannya sangat berat. Pelayanan kesehatan dan gizi untuk yang akan datang juga harus memperhatikan pertumbuhan penduduk perkotaan yang akan membawa berbagai masalah lain. Dengan peningkatan kualitas intervensi kepada masyarakat, diasumsikan penurunan masalah gizi dan kesehatan masyarakat dapat tercapai.


Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM.
Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup.
Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah. Demikian seterusnya status gizi remaja atau usia sekolah ditentukan juga pada kondisi kesehatan dan gizi pada saat lahir dan balita.
United Nations (Januari, 2000)1 memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan mengikuti siklus kehidupan. Pada bagan 1 dapat dilihat kelompok penduduk yang perlu mendapat perhatian pada upaya perbaikan gizi. Pada bagan 1 ini diperlihatkan juga faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi makanan yang kurang, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada kematian. Untuk lebih jelas mengetahui faktor penyebab masalah gizi, bagan 2 (Unicef, 19982) menunjukkan secara sistimatis determinan yang berpengaruh pada masalah gizi yang dapat terjadi pada masyarakat. Sehingga upaya perbaikan gizi akan lebih efektif dengan selalu mengkaji faktor penyebab tersebut.
Uraian berikut ini merupakan kajian status gizi dan kesehatan penduduk yang menunjukkan fakta yang terjadi pada masyarakat Indonesia disertai dengan faktor penyebabnya. Prevalensi status gizi dan kesehatan diterjemahkan ke jumlah penduduk, dan angka prevalensi tahun terakhir digunakan untuk proyeksi sampai tahun 2015. Kajian ini diakhiri dengan rekomendasi untuk alternatif intervensi pada masa yang akan datang.
1 Nutrition throughout life cycle. 4th report on The World Nutrition Situation, January 2000.
2 Unicef (1998). The State of the World’s Children 1998. Oxford: Oxford University Press.


Dasar Analisis

Analisis dilakukan berdasarkan data survei dan laporan yang ada sampai dengan tahun 2003, sebagai berikut:
Data antropometri balita dari Susenas 1989 sampai dengan 2003
Data antropometri tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS) 1994 dan 1999
Data survei Indeks Massa Tubuh (IMT) di seluruh ibu kota provinsi, 1997
Data survei dari NSS/HKI
Data Survei Vitamin A (Suvita) 1978 dan 1992
Data survei anemia, SKRT 1995 dan 2001
Data survei Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) sampai dengan 2003
Data kor Susenas 1995, 2000, 2003
End Decade Statistical report. BPS-UNICEF 2000
Laporan analisis status gizi dan kesehatan ibu dan anak, SKRT 2001
Indonesian Human Development Report, 2001
Laporan Studi Mortalitas 2001
Laporan studi angka kematian ibu, 2003
Laporan kemiskinan, BPS 2002
Data pemetaan pangan, gizi dan kemiskinan, 2002
Laporan SDKI 2002
Selanjutnya analisis memperhatikan transisi demografi, terutama yang terjadi berdasarkan sensus penduduk 1990 dan 2000. Figure 1 memperlihatkan kecenderungan komposisi penduduk menurut kelompok umur. Transisi demografi yang pada tahun 1990 masih didominasi oleh kelompok usia muda pada piramida tahun 2000 sudah bergeser pada kelompok usia yang lebih tua.

Analisis Status Gizi dan Kesehatan

1. Status Kesehatan penduduk
Status kesehatan dinilai berdasarkan usia harapan hidup, angka kematian bayi dan angka kematian balita. Figure 3 menunjukkan kecenderungan ketiga indikator tersebut, yang menunjukkan terjadinya peningkatan kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian bayi dan balita.

2. Status gizi penduduk
Berikut ini merupakan kajian status gizi penduduk menurut kelompok umur sampai dengan 2003 berkaitan dengan masalah gizi makro (khususnya Kurang Energi dan Protein) dan gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).
Secara umum, Indonesia masih belum mempunyai angka untuk BBLR yang diperoleh berdasarkan survei nasional. Proporsi BBLR diketahui berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan juga dari studi terserak. Seperti yang terlihat pada Tabel 1, proporsi BBLR berkisar antara 7 – 16% selama periode 1986-19991, demikian juga dari studi terserak yang menunjukkan angka BBLR antara 10-16%. Jika proporsi ibu hamil yang akan melahirkan bayi adalah 2,5% dari total penduduk, maka setiap tahun diperkirakan 355.000 sampai 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR. Kejadian BBLR ini erat kaitannya dengan gizi kurang sebelum dan selama kehamilan. Dampak dari tingginya angka BBLR ini akan berpengaruh pada tinggi rendahnya angka kematian bayi.

1 Laporan Indonesia untuk persiapan End Decade Goal 2000 (Bapenas dan Unicef, 2000).


2.2. Status gizi pada balita
Masalah gizi kurang pada anak balita dikaji kecenderungannya menurut Susenas dan survei atau pemantauan lainnya. Gizi kurang pada balita ini dilihat berdasarkan berat badan dan umur, tinggi badan dan umur, dan juga berat badan dan tinggi badan. Menurut Susenas, pada tahun 1989, prevalensi gizi kurang pada balita adalah 37,5% menurun menjadi 27,5% tahun 2003. Terjadi penurunan gizi kurang 10% atau sebesar 26,7% dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2003
1 Goal Repelita (1998): prevalensi Gizi kurang pada balita menjadi 25%; World Summit for Children (WSC) goal menjadi 19% pada tahun 2000.

Rabu, 27 Februari 2008

GIZI BURUK

Hubungan ”Otak Kosong” dengan Gizi Buruk

INDONESIA harus menelan ”pil pahit” karena hanya sebagian kecil dari penduduknya yang kebutuhan gizinya tercukupi. National Socio-Economic Survey (Susenas) mencatat, pada tahun 1989 saja ada lebih dari empat juta penderita gizi buruk adalah anak-anak di bawah usia dua tahun. Padahal menurut ahli gizi, 80 persen proses pembentukan otak berlangsung pada usia 0-2 tahun. Ada sekitar 7,6 juta anak balita mengalami kekurangan gizi akibat kekurangan kalori protein. Itu data yang dihimpun Susenas empat tahun lalu. Bukan tidak mungkin saat ini jumlahnya meningkat tajam karena krisis ekonomi yang berkepanjangan ditambah dengan masalah pangan yang sulit didapat. Bahkan menurut United Nations Children’s Fund (Unicef) saat ini ada sekitar 40 persen anak Indonesia di bawah usia lima tahun (balita) menderita gizi buruk.Menurut ahli gizi Ir. Tatang S. MSc, seorang anak yang pada usia balita kekurangan gizi akan mempunyai Intellegent Quotient (IQ) lebih rendah 13-15 poin dari anak lain pada saat memasuki sekolah.Hal itu dibenarkan oleh Dr. Soesilawati dari Rumah Sakit Mitra yang berpendapat bahwa perkembangan otak anak usia balita sangat ditentukan oleh faktor makanan yang dikonsumsi. ”Zat gizi seperti protein, zat besi, berbagai vitamin, termasuk asam lemak omega 3 adalah pendukung kecerdasan otak anak. Zat-zat itu bisa didapat dari makanan sehari-hari seperti ikan, telur, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan sebagainya. Singkatnya, pola makan seorang anak haruslah bervariasi, tidak hanya satu atau dua jenis saja,” ujar Soesilowati menjelaskan.Gizi Pendukung OtakAsam lemak esensial omega 3 merupakan zat yang berperan vital dalam proses pertumbuhan sel-sel neuron otak untuk bekal bayi yang dilahirkan. Ibu hamil masa kini dapat mengonsumsinya melalui banyaknya produk susu khusus ibu hamil. Asam alfa linoleat (LNA), eikosapentaetonat (EPA) serta dohosaheksaenoat (DHA) adalah tiga bentuk asam omega 3 yang telah masuk dalam proses elongate (dipanjangkan) dan desaturate (diubah menjadi tidak jenuh).”Produk-produk susu yang mengklaim dirinya mengandung DHA atau omega 3 perlu diuji dulu secara klinis untuk membuktikan kebenarannya. Mungkin memang produk itu mengandung zat yang disebut tapi tentu hanya dalam jumlah kecil saja,” komentar Tatang. Ia menganjurkan agar baik anak-anak maupun ibu hamil lebih banyak mengonsumsi sumber-sumber alami dari semua gizi yang dibutuhkan tubuh. Asam lemak omega 3 banyak terdapat dalam ikan atau minyak ikan. Begitu juga protein yang terdapat pada kacang-kacangan, telur, dan ikan.Sementara zat besi tidak kalah penting dalam menunjang kerja otak. Kekurangan zat besi bisa mengurangi produksi sel darah merah. Remaja perempuan yang kurang mengonsumsi zat besi cenderung mempunyai IQ rendah, demikian hasil riset terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari King’s College, London. Ada hubungan signifikan antara rendahnya level hemoglobin dengan performance mental seseorang. Hemoglobin adalah protein yang terdapat dalam sel darah merah yang memainkan peran penting dalam transportasi oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Maka zat besi menjadi komponen esensial bagi hemoglobin. Tanpa mendapat tambahan zat besi maka tubuh kita tidak mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang cukup. Inilah mengapa perempuan hamil dan perempuan pekerja membutuhkan asupan zat besi. Perempuan hamil memerlukannya dua kali lebih banyak dari saat dirinya tidak hamil. Sedangkan perempuan pekerja membutuhkan tambahan zat besi karena di samping melakukan kegiatan sehari-hari yang lumayan keras, ada masa menstruasi yang menyebabkan mereka terancam anemia.Riset yang dilakukan Dr. Michael Nelson dari Inggris membuktikan bahwa perempuan pekerja yang menderita anemia mempunyai poin IQ lebih rendah daripada yang tidak menderita anemia.”Untuk mendapatkan zat besi secara alamiah bisa dengan cara memakan sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan dan ikan. Jika memang mampu akan lebih baik didukung dengan asupan zat besi yang sudah banyak dijual bebas,” ujar Soesilowati.Sementara Dr. Nelson menjelaskan bahwa korelasi antara zat besi dengan kecerdasan sangat sederhana. Kurangnya zat besi akan mengurangi jumlah hemoglobin. Otomatis hal ini membuat suplai oksigen terhambat ke otak dan membuat otak tidak bisa bekerja secara optimal. Bagaimanapun juga jumlah enzim yang mengatur sinyal transmisi ke otak juga bergantung pada zat besi. ”Penyerapan zat besi akan lebih efektif jika kita juga mengonsumsi vitamin C dalam jumlah cukup,” ujar Soesilowati.Asupan GiziBanyaknya produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas bisa berdampak baik sekaligus berdampak buruk. Menurut Tatang, suatu produk suplemen harus menjalani uji klinis dulu sebelum dipasarkan. Ia menegaskan agar kita tidak terlena begitu saja dengan rayuan iklan yang terlalu bombastis.Tapi di sisi lain produk suplemen yang memang bisa dipercaya kebenarannya sangat berguna bagi kebanyakan orang yang tidak sempat mendapatkan gizi tersebut dari makanan sehari-hari. ”Lebih baik kalau berbagai kebutuhan gizi didapat dari makanan langsung, bukan asupan atau suplemen yang dijual bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin keamanannya,” tambah Soesilawati. ”Kecuali kalau asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau didapat dari dokter.”Sedangkan anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). Seperti yang dikatakan Tatang bahwa ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak.Banyak produk susu kaleng atau susu formula yang dalam iklan disebutkan mengandung asam linoleat, DHA dan sebagainya. Namun sampai detik ini tidak ada bukti yang bisa berkata bahwa susu formula mampu menyamai khasiat ASI.(mer)

TES DAN PEGUKURAN OLAHRAGA

PENGERTIAN DAN HUBUNGAN ANTARA TES, PENGUKURAN, DAN EVALUASI

Tes, Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan di antara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Agar jelas berikut ini akan diuraikan perbedaan dan hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi.

Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek. Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan. Demikian juga waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan serta pengadministrasian tes juga dirancang secara khusus. Selain itu aspek yang diteskanpun terbatas. Biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kekhususan-kekhususan tersebut berbeda antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara, pengamatan tentang unjuk kerja fisik, checklist, dan lain-lain.

Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif. Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. Hasil pengukuran berupa kuantifikasi dari jarak, waktu, jumlah, dan ukuran dsb. Hasil dari pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik.

Evaluasi selalu dilaksanakan dengan merujuk kepada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Evaluasi merupakan proses pemberian pertimbangan atau makna mengenai nilai dan arti dari sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan tertentu.

Dengan kata lain evaluasi adalah proses penentuan nilai atau harga dari data yang terkumpul. Pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti tidak dapat dilakukan secara sembarangan, oleh karenanya evaluasi harus dilakukan berdasar prinsip-prinsip tertentu.

Setelah kita mengetahui perbedaan tentang tes, pengukuran, dan evaluasi kita dapat mengetahui hubungan di antara ketiganya.

Dari gambar di atas jelas bahwa tes adalah bagian yang integral dari pengukuran, dengan demikian tes dan pengukuran adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Tetapi tidak demikian halnya antara pengukuran dan evaluasi.. Pengukuran menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan, tes adalah alat atau instrunem yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Evaluasi adalah proses memberikan nilai atau harga dari data yang terkumpul. Melalui pengukuran data kuantitatif diproses dan dinilai hingga menjadi nilai yang bersifat kualitatif. Data yang terkumpul digunakan sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan (apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai?, apakah anak didik memperoleh kemajuan yang berarti? dsb). Evaluasi harus merupakan kegiatan yang harus dilakukan terus menerus dari setiap program, karena tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui jika, kapan, dimana, dan bagaimana perubahan-perubahan akan dibuat.
Evaluasi tidak hanya terbatas dalam menggambarkan pengertian untuk menggambarkan status seseorang dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. Tetapi yang lebih penting, evaluasi dilaksanakan dalam rangka menggambarkan kemajuan yang dicapai oleh seseorang. Karena itu evaluasi harus dipahami sebagai bagian yang integral dari penyelenggaraan sebuah program, yang selalu berawal dari pemahaman terhadap siswa.

Tujuan Pengukuran dan Evaluasi

Pengukuran dan evaluasi dalam bidang pendidikan pada umumnya dan keolahragaan khususnya mempunyai peranan yang sangat penting. Pengukuran dan evaluasi tersebut bertujuan untuk:
(1) pengelompokkan,
(2) penilaian
(3) motivasi
(4) penelitian.
Penentuan ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat, membebaskan peserta dari suatu kesatuan pelajaran, menaikkan peserta dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan umpan balik untuk memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu bentuk latihan yang khusus. Pada pokoknya, penentuan status mencakup semua tujuan-tujuan lain pengukuran dan evaluasi.

1. Pengelompokkan.

Salah satu tujuan pengukuran dan evaluasi adalah untuk pengelompokan. Pengelompokkan ini dapat berdasarkan tingkat ketrampilan, umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, minat. Sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat menempatkan siswanya ke dalam kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Siswa dengan kemampuan yang tinggi tidak harus dipaksa bertahan dengan teman sekelompoknya yang berkemampuan kurang, demikian juga sebaliknya. Dengan dilakukannya pengukuran dan evaluasi siswa dapat dikelompokkan pada kelompok yang tepat.

Jika siswa ditempatkan dalam kelompok yang setara tingkat ketrampilannya, guru dapat menyusun program pelajaran secara individual. Keuntungan lain yang diperoleh dari pengelompokkan ini adalah siswa dapat berani, lebih lancar, lebih aktif ketika berlatih, karena mereka bersaing dengan siswa lain yang berkemampuan setara. Dengan kata lain, tujuan penempatan siswa ke dalam kelompok yang setara adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.


2. Penilaian

Tujuan utama dari penilaian ini adalah memberikan informasi tentang kemajuan yang dicapai dari proses pembelajaran yang dikerjakan dan posisi siswa di dalam kelompoknya. Dengan mempertimbangkan seluruh faktor, penilaian harus dilakukan secara objektif sehingga dapat mencerminkan kemajuan yang diperoleh, dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.


3. Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang untuk mencapai hasil yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi dapat merupakan proses memotivasi yang positif. Demikian pula sebaliknya, bila dilakukan secara sembarangan evaluasi dapat mengurangi motivasi.

Motivasi yang terbesar adalah keberhasilan. Agar supaya siswa tetap memiliki motivasi, mereka harus mengetahui bahwa dirinya berkembang kemampuannya. Tes-tes ketrampilan olahraga memungkinkan siswa untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri sebagai cara untuk mengukur kemajuannya.

4. Penelitian.

Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Mutu data yang dikumpulkan bergantung pada antara lain: ketelitian dan ketepatan alat ukur, teknik pengukuran, dan kelayakan tes.

Dengan menggunakan tes unjuk kerja fisik dalam penelitian, dapat membantu guru/pelatih dalam menyusun program latihan yang tepat, membantu memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran, dan memperbaiki program latihan yang telah dijalankan. Dengan demikian penelitian dapat dianggap sebagai sarana. Dengan penelitian tumbuh pengetahuan yang dapat dikembangkan. Pengetahuan bergantung pada informasi yang tepat dan seksama atau data yang dikumpulkan melalui prosedur pengukuran yang direncanakan dengan hati-hati. Informasi dari data yang dikumpulkan untuk tujuan-tujuan penelitian harus dievaluasi akan keberartiannya. Jadi suatu tujuan yang penting dari pengukuran dan evaluasi adalah menyediakan sarana-sarana yang diperlukan untuk mengadakan penelitian.




Ranah (Domain) yang diukur

Dalam pendidikan jasmani atau lingkup olahraga, pengukuran dilakukan pada ranah:

1. Pengukuran ranah kognitf

Pengukuran pada ranah ini dilakukan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki sehubungan dengan teknik, peraturan, dan stretegi-strategi olahraga, konsep sehubungan dengan pengembangan dan cara mempertahankan kesegaran jasmani, cara pencegahan cedera, dll.

2. Pengukuran ranah efektif

Pengukuran pada ranah ini mengukur minat, perhatian, sikap, perasaan, dan nilai dalam hubungannya dengan aktivitas fisik yang bermakna. Selain itu juga mengukur sifat agresif, ketagihan berkatih, dan kecemasan dalam menghadapi kompetisi.

3. Pengukuran ranah psikomotor

Pengukuran dalam ranah ini mengukur keterampilan motorik, perkembangan motorik, dan kesegaran jasmani Pada umumnya tes psikomotor meliputi dua hal: produk performa motorik (kecepatan, kekuatan, keajegan servis, dll) dan proses pelaksanaan performa pola yang digunakan untuk melakukan servis badminton misalnya.

Teknik Pengukuran

Data hasil pengukuran dapat diperoleh melalui berbagai teknik tes dan non tes. Teknik-teknik tersebut ada menghasilkan data numerik (angka) yang bersifat kuantitatif yang dapat dianalisis secara statistik, ada pula yang menghasilkan data kualitatif. Secara ringkas teknik-teknik pengukuran tersebut dapat dipelajari pada gambar 1.3a dan 1.3b. Dalam buku ini hanya akan sedikit diuraikan beberapa teknik pengukuran. Secara lebih jelas, dapat dipelajari dalam buku Evaluasi dalam Penjas/Olahraga



Tes Tindakan atau Kinerja Motorik

Pada umumnya, tes tindakan atau kinerja motorik selalu disertai petunjuk pelaksanaan tes. Pengguna tes harus benar-benar mengikuti petunjuk pelaksanaan tes yang telah ada. Produk dari kinerja motorik misalnya kemampuan gerak dasar, keterampilan basket, service tennis, vertical power jump, dll.


Skala Rating, Checklist

Skala, checklist digunakan untuk mengungkap minat, sikap, tingkah laku, kebiasaan, perkembangan, atau kematangan tingkah laku.


Tes Tulis

Teknik pengukuran ini memerlukan jawaban tertulis dari testi. Terdapat dua jenis tes tulis, yakni tes objektif dan esai (uraian).

Tes objektif mengandung pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur dengan sempurna. Peserta tes tidak perlu melahirkan ide, dan tidak dituntut adanya kemampuan mengorganisasikan jawaban. Pada umumnya, tes bentuk objektif telah menyiapkan jawaban-jawaban untuk dipilih. Peserta tes hanya perlu mengenal jawaban yang dianggap benar.


Pada umumnya tes bentuk esai (uraian) berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengandung permasalahan, dan memerlukan pembahasan, uraian, atau penjelasan sebagai jawabannya. Ciri khas tes ini adalah siswa bebas memberikan jawabannya. Siswa bebas memilih pendekatan yang dianggap tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ditanyakan, menyusun dan mengorganisasikan jawabannya sendiri, serta memberikan penekanan-penekanan terhadap aspek jawaban. Oleh sebab itu tes bentuk esai memberikan peluang bagi peserta tes untuk menyatakan, melahirkan, dan mengintegrasikan ide-idenya. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan butir-butir soal bentuk ini adalah perumusan masalah yang dikemukakan. Rumusan tujuan hendaknya sangat jelas sehingga setiap peserta tes dapat menangkap masalah yang dikemukakan tepat seperti yang dimaksud oleh penyusun tes. Untuk maksud tersebut, dalam merumuskan tujuan biasanya digunakan kalimat-kalimat yang dapat memperjelas masalah yang dikemukakan.


Kuisioner dan Wawancara

Dengan alat ukur ini tester dapar memperoleh informasi atau data secara langsung dari individu mengenai status saat ini parihal kelakuan, keyakinan, sikap, minat, dll. Kuisioner terdiri atas rangkaian pertanyaan dalam bentuk tertulis yang harus dijawab oleh responden. Apabila rangkaian pertanyaan tersebut disampaikan secara lisan, dan menuntut jawaban secara lisan, dinamakan wawancara.


Prinsip-prinsip Pengukuran dan Evaluasi.

Yang dimaksud dengan prinsip di sini adalah panduan atau tuntunan dalam melakukan kegiatan pengukuran dan evaluasi agar tercapai fungsi yang diharapkan. Untuk menetapkan dan melaksanakan suatu program evaluasi yang berhasil, kita harus mengetahui beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Suatu program pengukuran dan evaluasi harus selaras dengan landasan falsafah pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan yang bersangkutan.Hal ini penting untuk mencegah terjdinya konflik dan bermanfaat untuk memperlancar dukungan serta kerjasama baik di antara guru pendidikan jasmani maupun antara guru dengan pimpinan.

2. Pengukuran harus dilakukan berdasar tujuan program dan dilaksanakan dalam rangka pengembangan atau penyempurnaan tujuan. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai harus jelas, demikian juga pentahapannya harus sesuai dengan hukum pertumbuhan dan perkembangan anak. Evaluasi merupakan alat untuk mengendalikan program agar tepat sasarannya.

3. Testing adalah bagian dari pengukuran, dan pengukuran merupakan bagian dari evaluasi. Testing bertujuan untuk menyediakan informasi yang akan digunakan untuk keperluan evaluasi.

4. Hasil testing harus ditafsirkan dalam konteks perkembangan individu secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Prinsip ini berhubungan dengan pemilihan alat ukur atau tes yang akan digunakan, pembatasan ruang lingkup untuk setiap tingkatan kelas atau jenjang pendidikan.

5. Testing dalam pendidikan jasmani dan kesehatan berawal dari anggapan dasar bahwa semua atribut pada seseorang dapat dites dan diukur. Selain dimensi fisik atau ketrampilan, kemampuan kognitif yang menyangkut pengetahuan atau pemecahan masalah, dan dimensi afektif yang menyangkut sifat kepribadian, semuanya pada dasarnya dapat diukur atau dites. Namun atribut yang dites itu hanya berupa cuplikan atau sample yang dianggap dapat mewakili sifat yang dimaksud secara keseluruhan. Dalam pendidikan jasmani dan kesehatan, kita tidak pernah memperoleh skor absolut karena selalu ada galat atau penyimpangan dari skor yang sebenarnya. Dengan kata lain, skor yang diperoleh adalah skor yang sebenarnya bitambah dengan penyimpangannya.

6. Kemampuan awal siswa harus diketahui untuk selanjutnya dibandingkan dengan hasil tes dalam kesempatan berikutnya. Selisih antara tes awal dan tes akhir menunjukkan perubahan dalam bentuk skor perolehan, atau paparan deskriptif.

7. Mutu tes atau alat ukur harus diperhatikan karena akan mempengaruhi mutu data yang diperoleh. Mutu evaluasi bergantung pada mutu data, dan mutu data bergantung pada mutu tes atau alat ukur. Oleh karenanya tes yang dipilih harus valid, reliabel. Tentang kriteria memilih tes akan dipaparkan pada bab 2.




Tipe-tipe Evaluasi

1. Evaluasi Formatif dan Sumatif

Berdasar saat pelaksanaan dan kegunannya, evaluasi dapat dibedakan menjadi:evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk menyempurnakan program dan memantau kemajuan siswa. Evaluasi ini dilakukan di sela-sela program yang sedang berlangsung, dengan tujuan agar hasilnya dapat digunakan untuk menyempurnakan program. Pelaksanaan tes secara periodik dan dilakukan beberapa kali, seperti tes mingguan, bulanan.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir suatu program, misalnya akhir catur wulan, akhir semester. Nilai yang diperoleh pada evaluasi sumatif biasanya dilaporkan dalam bentuk rapor, sementara hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai tertentu atau dalam bentuk laporan secara deskriptif.


2. Evaluasi produk dan Evaluasi Proses

Berdasar atas tujuan-tujuan khusus program, kita dapat menekankan perhatian kita pada produk yang dihasilkan dari unjuk kerja fisik, proses yang menghasilkan produk, atau keduanya. Misalnya, dalam evaluasi produk, menentukan urutan hasil akhir dalam perlombaan lari 10 Km hanya memerlukan catatan waktu seorang pelari yang diperlukan untuk menempuh jarak perlombaan. Apabila nita menaruh minat untuk memperbaiki gaya lari para pelari, maka kita perlu menganalisa proses terjadinya gerak lari, termasuk aspek-aspek seperti penempatan kaki pelari, ayunan lengan, panjang langkah, kecondongan tubuh dan sebagainya. Hal ini merupakan evaluasi proses. Untuk sebagian besar aktivitas, kita menaruh perhatian terhadap keduanya baik evaluasi produk maupun proses. Beberapa aktivitas misalnya senam, lebih banyak memberi kemungkinan untuk evaluasi proses daripada evaluasi produk. Apakah kita memilih untuk mengevaluasi produk atau proses atau keduanya dari suatu unjuk kerja, maka hal tersebut akan menentukan jenis tes yang akan kita pilih atau susun.

3. Evaluasi Acuan Patokan dan Acuan Norma

Guru, merasa perlu untuk menafsirkan arti informasi atau data yang hasil pengetesan. Misalnya pada sebuah kelas yang terdiri atas 40 orang siswa. Siswa A memperoleh nilai 25 dalam tes kesegaran jasmani untuk butir tes push-up. Apa arti nilai 25 tersebut?

Apabila yang diterapkan evaluasi acuan norma, maka yang digunakan sebagai kriteria adalah norma kelompok. Misalnya kemampuan rata-rata 40 siswa dalam push-up adalah 20 kali, maka berdasarkan rata-rata tersebut kemampuan siswa A dapat ditafsirkan. Ini berarti, jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya kemampuan siswa A berada di atas rata-rata.

Evaluasi acuan patokan menggunakan patokan baku sebagai rujukannya. Misalnya seorang Dosen menetapkan bahwa agar dapat lulus pada nomer lari 100 meter, seorang mahasiswa harus dapat menempuhnya dalam waktu tidak lebih dari 13,5 detik. Penetapan Patokan sering menimbulkan masalah, terutama tentang batas patokan. Untuk menetapkan batas patokan harus dipertimbangkan derajad penguasaan dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Kedua pendekatan di atas, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penggunaan evaluasi acuan norma memberikan peluang kepada siswa untuk berhasil, namun sebaliknya dapat menimbulkan dampak yang negatif, karena siswa dipersaingkan di dalam kelompoknya. Siswa yang memang lemah kemampuanyya, akan selalu berada di posisi yang rendah dan tidak pernah mengalami sukses.

Evaluasi acuan patokan lebih unggul dalam hal pemaparan penguasaan materi, karena siswa dituntut untuk dapat memiliki kemampuan dengan tingkat tertentu. Kelemahannya adalah patokan yang digunakan bergantung pada pertimbangan guru yang bersangkutan.

Senin, 25 Februari 2008

BERENANG BERSAMA NIA RAMADANI

Untuk Dapatkan Tubuh Ideal, Nia Ramadhani Rajin Renang dan Basket

Kapanlagi.com - Memiliki tubuh tinggi nan ideal adalah dambaan setiap orang. Apalagi yang berprofesi sebagai artis dan foto model. Bintang sinetron dan model iklan Nia Ramadhani (15) pun mendambakan memiliki postur tubuh yang ideal, sebagai syarat untuk jadi model internasional.
Bagi Nia, tinggi tubuhnya yang saat ini mencapai 170 cm dan berat badannya 52 kg, masihlah kurang ideal. Untuk itu, mumpung masih diusia pertumbuhan, aktris yang berperan dalam sinetron Sitti Nurbaya itu mentargetkan tinggi badannya dapat sampai 175 cm.
"Saya pengen sekali menjadi model internasional yang bisa keliling dunia. Salah satu syaratnya adalah tinggi badan. Sebenarnya tinggi badan saya sekarang 170 cm sudah cukup memenuhi syarat. Tapi saya pengin lebih tinggi lagi sampai 175 cm," ujar Nia.
Nah, untuk mencapai target tersebut, Nia punya resep jitu. Yakni rajin berolahraga renang dan basket. "Yang pasti saya harus rajin olahraga. Kebetulan saya suka sekali dengan renang dan basket. Kedua olah raga ini paling cepat untuk meninggikan badan saya," terang pesinetron Bawang Merah Bawang Putih ini.
Tapi aktivitas olah raga Nia, sementara ini sedikit berkurang. Maklum saja, siswi kelas 3 SMP Ora Et Labora Jakarta ini, tengah mempersiapkan diri menghadapi ujian negara. "Sekarang saya sedang sibuk nyiapin UAN. Jadi sementara ini saya musti lebih giat belajar. Apalagi jadwal syuting sudah padat banget," tandas puteri putri pasangan Prya

KARYA ILMIAH "IMAM FIK UNESA"



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T, pemelihara semesta Alam yang megizinkan penulis menuangkan ide-idenya dan memberi kekuatan untuk terus berkarya. Memberi waktu pada saya untuk terus mengasah kemampuan yang positif melalui menulis. Kemampuan menulis merupakan sesuatu yang diberikan oleh Allah S.W.T sebagai anugerah yang terindah yang pernah saya dapatkan.
Penulis haturkan terima kasih kepada semua teman-teman yang sengat membantu menyelesaikan karya tulisan ini. Tanpa bantuan teman-teman semua mustahil karaya ini dapat terlaksana. baik melalui sumbangan pemikiran, peminjaman referensi berupa buku maupun pinjaman peralatan yang sangat mendukung terlaksananya karya ini.
sukses Olahraga…..
majukan olahraga melalui karya Ilmiah.....
Penulis,



A. BSTRAK
PENGARUH OLAHRAGA TERHADAP SEKS DAN
KEHIDUPAN SEKS OLAHRAGAWAN

Nama : IMAM WAHYUDIN

Berolahraga merupakan salah satu bentuk menjaga dan melestarikan hidup sehat, dengan berolahraga tubah akan menjadi bugar. Sehat dan bugar memiliki arti yang berbeda. Orang yang kelihatannya sehat belum tentu bugar. Orang yang bugar tidak hanya sekedar sahat tetapi bisa melakukan hal-hal yang lebih, melakukan sesuatu yang sifatnya mendadak diselah aktifitas yang padat dan orang yang bugar dalam aktifitasnya tidak mendapatakan kelelahan yang berarti. Maka jelas orang yang bugar sudah pasti sehat dan orang yang sehat belum tentu bugar. Karena tidak semua orang yang sehat dapat melakukan aktifitas lebih, seperti yang dilakukan oleh orang yang bugar.
Untuk bisa menjadi bugar meka perlu melakukan olahraga yang teratur. Menurut Dr. william Masters seorang yang kesegaran jasmaninya baik (fit) untuk berfungsi, maka kemampuan akan lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang tidak fit. Oleh karena itu seorang dengan kesegaran jasmaninya yang baik, akan baik pula sebagai pasangan seks dan dapat lebih menikmati seks. Oleh sebab itu orang yang kesegaran jasmaninya kurang setelah mandapatkan latihan-latihan olahraga, Kemampuan seksualnya juga akan menjadi lebih baik.
Rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini adalah selama ini banyak para olahragawan yang ragu-ragu dalam melakukan hubungan seks pada masa latihan dan bertanding karena dianggap dapat mempengaruhi penampilan fisiknya. Banyaknya opini yang mengatakan olahragawan mempunyai kemampuan seks yang lebih unggul dari orang-orang yang jarang melakukan olahraga. Dengan melakukan olahraga dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan seksual.
Jenis penulisan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah totalitas atau gestalt. ketepatan interpretasi bergantung ketajaman analisis, objektivitas, sistematik, sistemik, bukan pada statistika dengan menghitung berapa besar probabilitasnya bahwa peneliti benar dalam interpretasinya. (sudjana & ibrahim. 2001 : 195)
Kata kunci : Olahraga Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karena banyaknya permasalahan yang dihadapi saat ini berkaitan dengan perkembangan olahraga maka tersusunlah karya tulis yang berjudul “Pengaruh Olahraga Terhadap Seks Dan Kehidupan Seks Olahragawan”. Untuk memantau perkembangan olahraga dalam negri.

1.2 Rumusan Masalah
Apakah berolahraga dapat mempengaruhi kehidupan seks seseorang ? Dan apakah seks dapat mempengaruhi aktivitas olahragawan ?

1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perkembangan olahraga dalam negeri
Memberikan pengetahuan seks kepada olahragawan khususnya bagi para atlet

1.4 Manfaat Penulisan
Agar Para olahragawan tidak ragu-ragu melakukan hubungan seks
Memberikan pengetahuan seks kepada pembaca khususnya olahragawan
Membuka wawasan pentingnya olahraga terhadap kehidupan seks.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-semata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkan lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. (Mutohir, T.C 2004)
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peratura, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Selain definisi diatas olahraga adalah aktifitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain, karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

2.2 Pengertian Seks
Seks adalah pemberian tuhan sebagaimana pemberian-pemberian pada setiap mahluk-Nya. Seks merupakan kebutuhan manisia. Semenjak dari merancang, Tuhan sudah memikirkan seks manusia yang kekal menjadi kebutuhannya. Dengan kesadaranNya, tuhan mencipatakn manusia berpasangan, lengakap dengan seperangkat alat-alat seksnya yang unik. Tanpa melalui proses pengajaran, manusia mampu mempergunakan seperangkat alat-alat seks itu secara tepat, bahkan sangat kreatif. Tuhan melengkapi manusia dengan “naluri seksual” sebagaimana yang diberikan kepada mahluk-mahluk lainya.
Oleh karena itu, seks adalah natur, naluri, dan kepentingan biologis keberlangsungan keturunan. keberadaanya dekat dengan nadi kehidupan. Sering dikatakan bahwa kehidupan itu sendiri adalah seks. tak seorang pun bisa mengintervensinya urusan seks manuisa sebagai mana juga tidak mungkin mengatur arah kehidupannya. Seks merupakan kedaulatan dari, harga diri, dan mahkota kehidupan. Ini tidak lain karena seks adalah hak asasi setiap individu. Secara dasar, seks menganut kebebasan sebagai mana bebasnya individu untuk memperlakukan organ-organ seksualnya. Pembatasannya adalah ketika penggunaan seks berbenturan dan mengusik kebebasan orang lain. Dengan kata lain, regulasi tentang seks mulai dibutuhkan ketika seks bekerja dalam konteks hubungan sosial dengan pihak lain. inilah yang senan tiasa menjadi wacana dan perdebatan publik, termasuk dalam ajaran-ajaran agama.

2.3 Olahraga Dan Seks
Perkembangan teknologi membuat semakin sedikitnya gerakan yang dilakakukan orang dalam kehidupan sehari-hari. Dahulu, kita harus berjalan kaki atau bersepeda jika akan pergi kesuatu tempat, tetapi kita sekarang dapat naik kendaraan bermotor, baik berupa sepeda motor, bis, ataupun mobil pribadi. Bahkan untuk jarak yang dekatpun orang menggunakan mobil. Contoh lain dahulu kita harus pergi sendiri untuk menemui keluarga atau teman-teman ditempat lain. Dan sekarang cukup mengangkat telepon, dan kita dapat melakukan pembicaraan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Apabila telepon berdering sekarang tidak perlu berdiri dan berjalan untuk mengangkat telpon cukup menggeser kursi yang beroda. Semakin sedikit gerakan yang kita lakukan, dengan sendirinya kesegaran jasmani kita akan menurun. Jika kesegaran jasmani kita rendah, sepulang bekerja atau melakukan aktifitas yang cukup mengguras tenaga kita akan merasa sangat capek dan segan berbaut sesuatu, misalnya pergi kerumah saudara, ke biospkop, atau pergi ketempat rekreasi lainnya. Bahkan bisa pula membuat orang segan menunaikan tugas biologis, baik sebagai suami maupun istri.
Tentunya hal ini menyebabkan semakin sedikit pula kita bergerak yang berarti semakin menurun kesegaran jasmani, dan semakin malas lagi bergerak. Siklus itu harus kita putuskan. Kesegaran jasmani harus kita tingkatkan, sehingga sedikit demi sedikit keenggaan untuk berbuat sesuatu dapat dihilangkan.
Cara meningkatkan kesegaran jasmani tadi ialah dengan cara menjalankan latihan-latihan olahraga yang teratur. Maka timbullah pertanyaan sebagai berikut : dapatkah latihan-latihan olahraga itu memperbaiki kehidupan seksual kita?
Menurut penelitian dr. Jesse Steinfeld dari Amerika Serikat, ternyata orang-orang yang kondisi fisiknya baik mamang dapat menikmati kehidupan seksualnya. Sangat logis karena kegiatan seksual merupakan kegiatan fisik, meskipun pengaruh plsikologis atau kejiwaan memegang peranan penting pula. Banyak orang yang menyebut kegiatan seksual sebagai latihan olahraga yang terbaik, ada pula yang menyebut sebagai latihan olahraga yang paling sempurna, dan lain-lain.
Biasanya, seseorang pertama kali tertarik pada pasangannya adalah karena fisik pasangan tersebut. Karena itu kondisi fisik yang baik amat perlu, dan untuk mendapatkan fisik yang baik, kita harus menjalankan latihan-latihan olahraga. dengan latihan-latihan olahraga yang cukup intensitasnya, otot-otot kita menjadi kencang, lemak dalam tubuh tidak berlebihan, dan tubuh kita menjadi lebih menarik.
Menurut penelitian dr. T.K. Cureton, dari University of Illinois, banyak orang berusia kurang lebih empat puluh tahun mulai menjalankan latihan-latihan olahraga karena merasa kemampuan atau kekuatan seksualnya menurun. Setelah mengikuti program latihan dari Cureton, ternyata banyak yang menyatakan bahwa kemauan dan kemampuan seksualnya bertambah baik. Dari penelitain lebih lanjut, ternyata latihan-latihan olahraga, terutama lari, dapat memperbaiki kemauan ataupun kemampuan seksual seseorang, bahkan pada orang yang berusia labih dari empat puluh tahun


BAB III
METODE PENELITIAN


Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut pengumpulan data dan analisis yang diperlukan, dengan menjawab persoalan yang dihadapi ini berarti metode penelitian merupakan suatu masalah yang berdasarkan faktor empiris dan objektif untuk diuji secara ilmiah oleh siapapun.
Metode yang digunakan dalam suatu penelitian ditentukan oleh sifat persoalan dan jenis data yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam memilih metode penelitian hendaknya harus dapat dan sesuai dengan kebutuhan karena berhasil tidaknya penelitian tergantung pada sesuai tidaknya memilih dan menerapkan metode penelitiannya.


3.1 Jenis penelitian
Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Olahraga Terhadap Seks Dan Kehidupan Seks Olahragawan “. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Menurut Arikunto (1990:309) metode deskrptif adalah metode dalam penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data informasi mengenai status gejala yang ada, keadaan atau gejala apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Pendekatan kualitatif adalah totalitas atau gestalt. ketepatan interpretasi bergantung ketajaman analisis, objektivitas, sistematik, sistemik, bukan pada statistika dengan menghitung berapa besar probabilitasnya bahwa peneliti benar dalam interpretasinya. (sudjana & ibrahim. 2001 : 195)
berkenaan dengan hal itu bogdan dan taylor (1975 : 5) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang berprilaku yang diamati. penulisan karya tulis ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daerah Surabaya dan sekitarnya. Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 24 Desember 2007 sampai 08 februari 2008.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1997 : 108) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sesuai dengan permasalahan untuk menemukan jawaban dari penelitian ini, maka penelitian mengenai “ Pengaruh Olahraga Terhadap Seks Dan Kehidupan Seks Olahragawan ” menggunakan populasi pria dengan status telah menikah dan Atlet olahraga dengan status menikah di Surabaya.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto(1997:109) yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Sampel yang digunakan peneliti mengenai “Pengaruh Olahraga Terhadap Seks Dan Kehidupan Seks Olahragawan” adalah pria dengan status telah menikah yang berada di Surabaya antara lain : 1. Bapak Djunaidin 20 tahun, 2. Bapak Sugeng Widaryanto, 3. Bapak Muhammad Arifin dan Atlet olahraga beladiri Tarung Derajat Bapak Agus dengan status telah menikah.

3.4 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penulisan karya ilmiah ini didapat dari objek dan subjek yang diteliti serta pada referensi buku-buku yang terkait dengan tema, makalah dan internet.
3.2.1Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap narasumber.
3.2.2Data sekunder, yaitu data yang diperolah dari kumpulan buku-buku, hasil seminar, situs internet, dan kumpulan-kumpulan makalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini adalah:

3.5.1Metode wawan cara
Wawancara yaitu memlakukan komunikasi langsug dengan nerasumber untuk mendapatkan data, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dilakukan secara terbuka
3.5.2Metode observasi
Observasi yaitu suatu usaha untuk melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap objek penelitian.

3.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
Analisis kualitatif dengan menggunakan verstehen (understanding) yakni berusaha memahami setiap interaksi, tingkahlaku dan peristiwa. Metode penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan induktif kualitatif yaitu metode yang berawal dari observasi yang ada dilapangan (fakta empiris dan induktif) bukan pada deduksi teori.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 Hasil Observasi

Dari observsi yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
Hanya 2 Dari 20 pria telah berkeluarga di Rt. 01 Rw. 04 perumahan babatan indah yang aktif berolah raga. sedangkan yang lain mengaku jarang melakukan aktifitas olahraga secara rutin karena tidak punya waktu dan tenaga lebih untuk berolahraga setelah melakukan aktifitasnya yang padat. 18 orang diantaranya mengaku kemampuan seksulnya menurun.
Dari 4 pria yang telah berumur 40 tahun keatas mengaku kemempuannya untuk melakukan hubungan seks menurun. Dari 3 diantara mereka yang telah merubah pola hidupnya dengan memanfaatkan waktu luang dengan berolahraga mengaku kemampuan seksualnya menigkat.
Dari 3 atlet beladiri tarung derajat yang diteliti lebih memilih untuk tidak melakukan hubungan seks. selama melakukan latihan-latihan dan mengahadapi kejuaraan karena dianggap dapat mengganggu dan mengurangi hasil latihan yang telah dijalankan. Dan seorang diantaranya tidak terpengaruh untuk tidak melakukan seks. Tetap melakukan hubugan seks walaupun pada saat berlatih atau mendekati pertandingan.

4.1.2 Hasil Wawancara
wawancara yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut:
a)wawancara yang dilakukan dengan bapak Sugeng Widaryanto 42 tahun antaran lain :
Apakah anda sering menjalankan aktifitas olahraga?
Jawab.
Saya kurang begitu sering melakukan aktifitas olahraga karena kurangnya waktu luang untuk melakukannya dan kadang-kadang saya merasa malas untuk melakukan olahraga karena tidak ada tenaga lagi untuk melakukan olahraga sehabis bekerja. kadang dihari libur pun saya malas melakukannya mungkin karena kondisi fisik yang mulai menurun dan foktor usia.
Apakah semasa muda anda sering melakukan olahraga?
Jawab.
Memang semasa muda saya sering berolah raga. waktu saya masi muda dulu saya aktif bermain sepak bola hampir tiap sore. karena kebetulan rumah saya dulu dekat dengan lapangan sepak bola.
Apa manfaat yang anda rasakan pada diri anda ketika aktif berolahraga?
Jawab.
Yang jelas berbeda dengan ketika saya tidak berolahraga lagi, dulu ketika saya sering berolahraga bangun pagi terasa ringan dan bendan rasanya enteng dan tidak gampang capek sekarang naik tangga kelantai dua saja sudah ngos-ngosan.
Apakah anda merasakan perbadaan dalam kehidupan seks anda ketika anda aktif berolahraga dengan saat anda jarang berolahraga?
Jawab.
Ngomong-ngomong masalah seks ya’ dik saya memang pakarnya he…he… dulu ketika saya baru-baru menikah dan aktif berolahraga keinginan saya untuk melakukan hubungan seks sangat tinggi kadang-kadang sampai tiga kali sehari. Tidak begitu menguras tenaga. Sekarang ketika saya jarang melakukan olahraga keinginan saya untuk melakukan hubungan seks berkurang malah kadang-kadang malas untuk melakukannya karena capek dan apa bila saya melakukannya saya tidak sekuat pada saat masi aktif berolahraga.




b)Wawancara yang dilakukan dengan Bapak. Djunaidin 31 tahun :
Apakah anda sering menjalankan aktifitas olahraga ?
Jawab.
Tentu saya sering berolahraga karena itu sudah merupakan hobi saya dari kecil. sejak kecil saya suka bermain sepak bola dan sekarang walaupun jarang bermain sepak bola tetapi saya tetap berolahraga rutin 4 kali seminggu untuk bermain bulutangkis, di gedung olahraga warga babatan indah dengan membayar iuran tiap bulannya.
Apa manfaat yang anda rasakan ketika anda aktif berolahraga ?
Jawab.
Manfaat dari saya melakukan latihan olahraga adalah kemampuan saya dalam bermain bulutangkis bertambah. badan saya sehat tidak mudah kena penyakit. setalah aktif berolahraga lagi alhamdulillah saya tidak pernah terkena panyakit yang serius. perasaan tenang pikiran jadi jernih dan jauh dari stres. itu lah manfaat yang saya rasakan ketika aktif berolahraga.
ketika anda jarang berolahraga bagaimana kondisi fisik anda, apakah sama ketika aktif berolahraga ?
Jawab.
terusterang ketika saya jarang berolahraga perasaan saya tidak enak dan kangen ingin berolahraga lagi karena olahraga merupakan hobi saya. kondisi fisik tentu menurun dan sering sekali saya mersa cepat capek walau melakukan hal-hal yang ringan. betul-betul berbeda ketika saya aktif berolahraga.
Maaf sebelulmnya mungkin pertanyaan ini agak tidak sopan tapi tolong jawab dengan jujur sesua apa yang anda rasakan dan bukan dari opini yang and dengar. Apa yang anda rasakan ketika melakukan hubungan Seks pada saat anda katif berolahraga dan sewaktu anda tidak aktif berolahraga?
Jawab.
hubungan seks yang saya lakukan ketika saya aktif berolahraga mungkin lebih bagus ketimbang pada saat saya jarang berolahraga. hal ini saya rasakan langsung ketika aktif berolahraga. kekuatan dan daya tahan saya bertambah dari biasanya. dan bangun pagi pun terasa segar tidak merasakan sakit pinggang seperti pada waktu saya jarang berolahraga.

c)Wawancara yang dilakukan dengan Bapak. Muhammad Syaiful 30 tahun :
Apakah anda sering menjalankan aktifitas olahraga ?
Jawab.
saya kurang begitu sering berolahraga tetapi pernah berolahraga.
apa yang anda rasakan ketika anda aktif berolahraga ?
Jawab.
tentu badan saya tidak gendut seperti sekarang ini kalau saya masih aktif berolahraga. waktu saya masih sering berolah raga bandan saya bagus atletis dan kuat lagi tidak loyo. sekarang berjalan 100 M saja sudah ngos-ngosan apa lagi mau berolahraga yang berat amat sulit.
Maaf sebelulmnya mungkin pertanyaan ini agak tidak sopan tapi tolong jawab dengan jujur sesua apa yang anda rasakan dan bukan dari opini yang and dengar. Apa yang anda rasakan ketika melakukan hubungan Seks pada saat anda katif berolahraga dan sewaktu anda tidak aktif berolahraga?
Jawab.
tentu berbeda, ketika saya aktif berolahraga saya mempunyai badan yang atletis dan bagus. Hubungan seks yang saya lakukan sungguh indah dan memuaskan, berbeda dengan saat ini ketika saya jarang lagi berolahraga, harus memakai obat kuat kalau ingin mendapatkan hasil yang memuaskan.


d)Wawancara yang dilakukan dengan Bapak. Agus 26 tahun atlit beladiri Tarung Derajat :
ketika anda aktif dalam latihan mempersiapkan diri untuk menghadapi kejuraan apakah anda sering malakukan hubungan seks ?
Jawab.
apabila saat latihan berlangsung apalagi mendekati waktu kejuraan tidak boleh malakukan hubungan seks karena akan berpengaruh terhadap hasil latihan itu yang saya dengar dari banyak pelatih saya. tapi saya tidak pernah memperhatikannya karena saya tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. karena itu merupakan kenikmatan yang telah diberikan tuhan untuk dinikmati bukan untuk ditahan.
Apa hal itu tidak berpengaruh terhadap prestasi anda ?
Jawab.
kelau berdasarkan pengalaman saya. itu semua tergantung latihan saja apabila latihan yang dilakukan dengan serius maka akan mendapatkan prestasi yang bagus. masalah melakukan atau tidak hubungan seks itu tidak berpengaruh sekali terhadap prestasi saya. saya sudah biasa melakukan hal itu dan buktinya saya tetap tidak kekurangan tenaga atau kondisi fisik saya turun ketika bertanding. semua normal-normal saja.

4.2ANALISIS DATA
4.2.1 Analisis Data Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi adapun data yang diperoleh adalah banyak masyarakat yang jarang melakukan aktifitas olahraga karena terbentur oleh waktu untuk melakukannya dan faktor usia. orang yang jarang berolahraga kondisi fisiknya melemah dan berdampak pada kemampuannya untuk melakukan hubangan seks. semakin lemah kondisi fisik semakin malas untuk melakukan hubungan seks.
Masih banyaknya atalit yang masih takut untuk melakukan hubungan seks dengan alasan akan mempengaruhi penampilannya saat bertanding. walaupun ada sebagain kecil yang mempertahankan untuk tetap melakukan hubungan seks.

4.2.2 Analisis Data Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data antara lain adalah :
1.orang yang jarang berolah raga daya tahan dan kekuatan fisiknya menurun dan cenderung malas untuk melakukan hubungan seks.
2.berolahraga sangat berguna untuk mejaga dan meningkatkan kesehatan
3.semua pria yang melakukan aktifitas olahraga memiliki fisik yang bagus dan daya tahan tubuh kuat, tidak mudah terkena penyakit.
4.ada perbedaan yang dirasakan saat melakukan hubungan seks ketika aktif berolahraga dan ketika jarang berolahraga
5.kemampuan orang yang berolahraga untuk melakukan hubungan seks lebih baik dari pada orang yang tidak berolahraga.
6.kemampuan seksual seseorang dapat ditingkatkan melalui olahraga.
7.tidak selamanya opini tentang melakukan hubungan seks pada saat latihan dan menjelang pertandingan dapat mengganggu penampilan fisik pada saat bertanding
8.latihan yang giat dan disiplin lebih mempengaruhi penampilan pada saat bertanding.
9.melakukan hubungan seks pada saat latihan dan menjelang pertandingan tidak akan mempengaruhi kondisi fisik pada saat bertanding selama manjalankan latihan dengan baik dan benar.

4.3 PEMBAHASAN
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan serta hasil penelitan. Dan pendapat para ahli maka diperoleh data-data sebagai berikut :


4.3.1Pengaruh Olahraga terhadap seks
Menurut pendapat Dr. William Masters seorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik (fit) maka kemampuan seksualnya akan lebih baik dibandingkan dengan orang yang kesegaran jasmaninya kurang atau tidak fit. Seseorang dengan kesegaran jasmani yang baik, akan baik pula sebagai pasangan seks dan dapat lebih manikmati seks. Hal ini bisa dipahami, mengingat fungsi-fungsi seksual merupakan proses fisiologis.oleh karena itu seseorang yang kesegaran jasmaninya kurang, setelah mendapat latihan-latihan olahraga. Kemampuan seksualnya juga akan enjadi lebih baik.
Hubungan seksual sebenarnya sama saja denganl latiha olahraga (exercise), di mana kebutuhan tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan akan bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka jantung harus memompakan darah lebih banyak, sehingga dapat menaikan denyut jantung sampai 180 denyut per menit. Pada umumnya, hubungan seksual memerlukan energi sebanyak kurang lebih sema dengan orang naik tangga rumah satu lantai atau orang berlari sejauh 36 mete. Orang-orang yang kesegaran jasmaninya buruk sekali dan tidak sanggup berlari pada jarak 36 meter, juka mengadakan hubungan seks tentu akan segera kahabisan nafas dan otot-otot segera merasa lelah. Menurut hasil penelitian, jika pasangan pria dan wanita kesegaran jasmininya sama-sama baik maka baik pria atau wanita akan saling menstimulasi. Dengan begitu, intensitas seks mereka akan makin bertambah sehingga klimaks pun bisa dicapai.
Jadi orang-orang yang fit, seperti misalnya para olahragawan, tidak mudah merasa capai waktu mengadakan hubungan seksual, dan kegiatan seksual mereka berlangsung lebih intensif dan lebih berdaya tahan lama. Tetapi jika salah seorang dari pasangan mempunyai kesegaran jasmani kurang baik, maka akan terjadi ketidakseimbangan (sexual imbalance) dari hasil penelitian Dr. Joan Ullyot diperoleh petunjuk bahwa para pelari maraton mempunyai kecenderungan dapat menjalankan hubungan seksual yang lebih tahan lama.

4.3.2 Pengaruh Seks terhadap Olahraga
Hubungan seks dimalam hari sebelum bertanding tidak akan merugikan penampilan seorang olahragawan. Bahkan para olahragawan yang mempunyai perasaan demikian, tidak perlu dilarang untuk mengadakan hubungan seksual menjelang pertandingannya. Hal ini talah dinyatakan pula oleh The American Medical Associaatian’s Committee on The Medical Aspect of Sport bahwa hubungan seksual semalam sebelum bertanding tidak merugikan penampilan jika sesuai dengan kebiasaan olahragawan bersangkutan dan tidak mempengaruhi waktu tidurny. Tentunya hal ini berlaku hanya bagi olahragawan yang sudah berkeluarga.
Hubungan seks bagi olahragawan yang belum berkeluarga merupakan persoalan lain. Selain dari segi moral kurang baik, juga dari segi psikologis kurang menguntungkan karena jika ada hal-hal yang dirahasiakan, akibatnya malah bisa memperburuk penampilan waktu bertanding, dan juga ada resiko penularan penyakit kelamin dan resiko lainnya pada wanita, yakni hamil di luar nikah. Jika dalam suatu tim olahraga pada peserta wanita selain pria maka peserta wanita harus diawasi dengan baik oleh chaperon. Ini untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan menjaga supaya tidak ada publikasi yang jelek dan membawa nama jelek bagi seluruh tim.

Jadi jelas setalah melakukan penelitian dan dari pendapat para ahli dalam bidang ini, ternyata olahraga dapat memperbaiki kehidupan seksual seseorang. Melakukan hubungan seks selama latiahan dan menjelang pertandingan ternyata tidak akan mengurangi dan mempengaruhi penampilan padasaat pertandingan/perlombaan berlangsung. Asalkan tidak mengurangi jam istirahat.






BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Setelah melalui pembahasan, penyajian dan analisis data serta pembahasan yang diuraikan untuk di pecahkan, pengaruh olahraga terhadap kehidupan seks, khususnya untuk meningkatkan kemampuan seks melalui olahraga, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain:
a.Berolah raga dapat membut tubuh jadi sehat, kuat dan tidak gampang terkena penyakit.
b.Kemampuan seksual orang yang berolahraga lebih baik dari pada orang yang tika berolahraga.
c.Berolahraga yang teratur dapat meningkatkan kemempuan dalam melakukan hubangan seks.
d.Hubungan seks yang dilakukan semalam sebelum bertanding tidak mempengaruhi penampilan fisik pada saat bertanding.
e.Latihan yang baik lebih menentukan keberhasilan seorang atlit

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan khususnya dari pembahasan permasalahan di atas, antara lain:
a.Manfaatkan waktu luang untuk berolahraga
b.Lakukan olahraga yang teratur untuk meningkatakan kemampuan dalam melakukan hubungan seks
c.Jangan takut dan ragu-ragu untuk melakukan hubungan seks semalam sebelum bertanding, karena tidak akan mempengaruhi penampilan pada saat bertanding, yang terpenting adalah jangan sampai mengganggu waktu istirahat.
d.Jalani latihan dengan disiplin, sesuai program latihan agar dapat meraih prestasi yang baik